Pages

Wednesday, 5 February 2025

Saat Keterpurukan Menjadi Guru Terbaik (Tugas Cerita Inspiratif)

 Disuatu Sekolah Menengah Pertama (SMP), di wilayah pinggiran Jakarta. Ada seorang anak yang duduk di bangku kelas 7/kelas 1 SMP yang telah menerima rapor hasil belajarnya selama dia berada di kelas 7.

Ia berharap nilai yang ada di rapor hasil belajarnya di kelas 7 itu memuaskan, tapi, kenyataannya tidak semulus itu. Dia mulai membuka dari halaman pertama yang berisi nilai hasil belajarnya selama 3 bulan pertama di semester ganjil, yang ia dapat adalah nilai yang kurang maksimal dan kurang memuaskan.

“Mungkin guru wali kelas nya salah input” pikir dia

Kenyataannya, tidak ada salah input dari pihak guru wali kelas sedikitpun, tapi ia tetap tidak mau menerima kebenaran itu.

Sampai akhirnya nilai rapor di 3 bulan terakhirnya di semester ganjil telah didibagikan, yang dimana sekaligus nilai rapor itu sebagai nilai akhir semester ganjil di kelas 7, saat ia membuka kembali rapor nya, yang ia dapatkan lagi lagi nilai yang kurang maksimal dan kurang memuaskan.

Tapi, yang bodoh nya ia juga masih tidak peduli bahwa nilai nya itu kurang maksimal dan kurang memuaskan, dia terus menyepelekan nilai yang terpampang jelas di rapor itu. Hingga libur semester pun tiba, selama libur semester itu, dia hanya membuang buang waktu dengan bermain game online dari malam hingga pagi.

Tak terasa libur semester pun berakhir, dan kegiatan belajar disekolah telah kembali, hari pertamanya ia masuk sekolah di semester genap pun tiba.

Karena suatu hal dia harus mutasi/pindah sekolah dari sekolah swasta ke sekolah negeri, karena proses mutasi/pindah sekolah ini ia sementara waktu harus belajar di rumah, karena menunggu info tentang penerimaan dirinya di sekolah yang baru. Kurang lebih, ia belajar di rumah selama 2 minggu.

Kenyataannya, bukannya ia belajar untuk mengejar ketertinggalan materi karena tidak bisa hadir ke sekolah untuk beberapa waktu, ia lagi dan lagi malah menghabiskan waktu nya untuk bermain main, hingga info dirinya keterima di sekolah yang baru pun hadir.

Dia sangat gugup, karena moment ini adalah hari pertama nya di sekolah yang baru, yang dimana dia harus berkenalan dan beradaptasi lagi dengan teman dan lingkungan yang baru.

Setelah beberapa minggu ia masuk di sekolah yang baru, akhirnya ia telah mampu beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Karena ia mulai mengikuti pelajaran di sekolah di akhir 1 bulan pertama di semester genap, jadi ia hanya mengikuti 2 bulan pelajaran di sekolah sebelum akhirnya harus menghadapi ujian sekolah di 3 bulan pertama semester genap.

Mau tidak mau, dia harus mengejar ketertinggalan materi, ia pun belajar mandiri di rumah. Dia mulai mengurangi waktu nya untuk bermain main dan lebih fokus belajar, hingga akhirnya ujian sekolah di 3 bulan pertama semester genap pun tiba.

Setelah menghadapi ujian sekolah di 3 bulan pertama semester genap, nilai rapor ia perlahan mulai membaik, terus membaik hingga nilai rapor di 3 bulan terakhir nya di semester genap, sekaligus menjadi keseluruhan nilai di kelas 7.

Sayangnya, dia terlalu cepat puas, hingga kebiasaan buruk nya kembali lagi, selama libur kenaikan kelas, ia mulai menghabiskan waktu nya lagi untuk bermain game online dari siang hingga larut. Bunda nya yang melihat dia terus melakukan kegiatan itu berulang ulang selama seminggu, mencoba menegur nya.

“Engga cape apa main hp dari siang hingga larut terus menerus?? “ Ucap bunda nya.

Bukannya dia berpikir dengan baik atas teguran bunda nya itu, ia malah menggerutu.

“Apaan si bun, lagi liburan ya dipakai untuk bersantai dan bersenang senang lah, toh selama enam bulan udah dipakai untuk belajar” Ucap dia sambil bermain game online.

“Bersantai dan bersenang senang ga harus seharian bermain hp kan? ada banyak aktivitas yang menyenangkan di luar sana gak hanya di hp, juga kamu kan sudah naik ke kelas 8 harus nya lebih banyak lagi belajar bukannya memperbanyak bermain, kalau nilai rapor kamu menurun gimana? Jangan cepat puas dengan hasil, kalau masih bisa lebih baik lagi, kejar. Kalau kamu cepat puas dengan hasil yang kamu capai, kamu ga akan pernah maju” sahut bunda nya.

“Yaudah, aku berhenti ni, marah marah mulu, udah tau liburan di suruh belajar terus belajar terus” Ucap dia dengan nada tinggi.

Bunda nya hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan dia yang susah di nasehati.

Akhirnya libur kenaikan kelas pun berakhir, dia mulai kembali masuk ke sekolah seperti biasanya.

Selama 3 bulan pertama di semester ganjil, waktu yang ia habiskan hanya untuk bermain main saja, padahal tak terasa ulangan pun akan tiba, bukannya belajar, dia malah menyepelekan ulangan tersebut.

Akhirnya nilai hasil ujian di 3 bulan pertama di semester ganjil pun keluar. Dan ya, lagi dan lagi nilai nya masih belum maksimal.

Dititik inilah dia mulai berfikir, “benar juga, sepertinya kata kata dari bunda, kalau tidak belajar, aku ga akan pernah maju”

Sejak pembagian nilai ujian di 3 bulan pertama di semester ganjil, dia terus menerus terpikirkan tentang nilai dia kedepannya, tentang jalan dia kedepannya.

Hingga suatu malam pikiran itu muncul kembali. Di atas kasur itu ia bergumam “sampai kapan ya aku kayak gini terus, apa mau terus terusan mendapat nilai yang kurang maksimal, kalau nanti kedepannya malah jadi sampah masyarakat gimana ya”

Tak terasa dia termakan dunia mimpi, saat bangun, ia bangun bersama dengan perasaan yang kurang menyenangkan. Sehingga akhir pekan yang seharusnya menyenangkan menjadi kurang menyenangkan.

Seharian ia hanya di kamar nya, dia keluar dari kamar hanya untuk makan dan ke kamar mandi saja.

Sampai di suatu waktu, terlintas di pikiran nya “untuk apa aku terus merenung begini? kalau hanya merenung tanpa melakukan apa pun, apa ada hasil nya?”

Akhir pekan pun berakhir, ia mulai masuk ke sekolah lagi. Tapi kali ini dia sudah membuang semua kelakuannya yang menjadi pecandu bermain game online.

Dia lebih serius lagi belajar dan berusaha untuk tidak kembali ke kebiasaan nya yang buruk itu, akhirnya ujian 3 bulan terakhir di semester ganjil pun tiba.

Ia pun mengahadapi ujian itu dengan persiapan setidaknya, dia membaca catatan nya untuk mata pelajaran yang akan dihadapi nya di hari pertama ujian, walau hanya 40 menit, setidaknya dia mau membaca catatan nya lagi.

Akhirnya ujian selesai dia hadapi, dia berharap nilai nya mulai menaik walau tidak menaik drastis. Nilai ujian 3 bulan terakhir di semester ganjil nya telah ada, nilai dia terlihat sudah menaik walau hanya sedikit, setidaknya dia sudah berusaha.

Dia menunjukkan ekspresi senang dan bergumam “akhirnya, walau hanya membaik sedikit setidaknya aku sudah mau berusaha, walau belum maksimal akan ku tingkatkan lagi”

Setelah kejadian itu, nilai rapor dan ujian mulai menaik walau harus mengorbankan kesenangan nya.

“Pada akhirnya, jika kita memilih bersenang senang dahulu, kita akan menyesal di hari kemudian”


No comments:

Post a Comment

pertanyaan uraian